TERASDESA.CO.ID, LAMPUNG SELATAN—Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ‘Mekar Jaya’, Desa Sidomekar, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, berinovasi dalam pengembangan usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa dengan memproduksi kaus kaki. Inovasi dan kolaborasi menjadi kunci Desa Sidomekar menjalankan BUMDes, dan menjadi contoh nyata BUMDes di Lampung Selatan dalam pengelolaan unit usaha industri kreatif di tingkat desa.
Desa Sidomekar melalui BUMDes ‘Mekar Jaya’ ini, menjadi satu-satunya desa di Kabupaten Lampung Selatan dan di Provinsi Lampung yang memproduksi kaus kaki atau bisa juga disebut sebagai kampung kaus kaki. BUMDes ‘Mekar Jaya’, menawarkan produk kaus kaki hasil produksinya yang dikerjakan tenaga kerja masyarakat desa setempat dengan harga ekonomis.
BUMDes ‘Mekar Jaya’ dalam pengembangan usaha pembuatan kaus kaki, merupakan praktik inovasi desa yang patut diajungi jempol. Langkah ini dapat menjadi contoh atau referensi bagi desa-desa lainnya di Lampung Selatan agar mampu membuat program pemberdayaan ekonomi dalam pengembangan unit usaha kreatif masyarakat desanya melalui BUMDes.
Pengelola unit usaha BUMDes ‘Mekar Jaya’ ini, memiliki pengalaman dalam pembuatan kaus kaki. Salah satunya adalah Pardiyono, warga desa setempat yang juga merupakan pengurus BUMDes ‘Mekar Jaya’ yang memiliki keahlian serta pengalaman ketika bekerja di sebuah perusahaan atau pabrik pembuatan kaus kaki di DKI Jakarta.
Pardiyono (45) mengatakan, proses awal pembuatan kaus kaki, yakni mulai dari bahan baku benang lalu dirajut menggunakan mesin rajut kaus kaki. Setelah dirajut, proses pembersihan benang dan dipotong sesuai ukuran atau bentuk kaus kaki. Setelah itu di obras dan di sum, lalu proses pengopenan dengan memasukkan masing-masing kaus kaki tersebut ke dalam cetakan kaleng alumunium yang sudah berbentuk.
“Proses pengopenan ini, agar membentuk kaus kaki dan proses ini membutuhkan waktu selama 30 menit dan ini adalah sebagai proses akhir pembuatan kaus kaki. Setelah proses pengopenan selesai, maka kaus kaki sudah siap dikemas (packing) dan dipasarkan,”ujarnya kepada teraslampung.com saat ditemui di tempat produksi pembuatan kaus kaki di Desa setempat, Rabu (7/4/2021).
Dikatakannya, alat pengopenan yang digunakan, memang terbilang sederhana dibuat secara manual menggunakan bahan besi yang dibentuk kotak dan sekelilingnya ditutup dengan menggunakan bahan alumunium lalu proses pengopenannya juga dipanggang menggunakan kompor gas.
“Pengurus BUMDes ‘Mekar jaya’ ini Ada enam orang. Untuk memenuhi jumlah pesanan yang diminta, berapun kami siap dan bisa produksi kaus kaki,”kata dia.
Menurut Pardiyono yang sebelumnya pernah bekerja di pabrik pembuatan kaus kaki di Jakarta sejak tahun 1993 hingga tahun 2000 ini, jenis atau motif pesanan kaus kaki yang diproduksinya, selain untuk umum yakni untuk pelajar sekolah SD, SMP, SMA dan mayoritas warnanya hitam putih dan hitam polos yang dibuatnya.
“Pemesannya, baru lokalan saja yakni seputar Kecamatan Katibung. Untuk jumlah pesanan, mulai dari 25 lusin hingga 100 lusin dan proses pengerjaannya satu minggu sudah selesai. Kalau untuk harga, kaus kaki SD dijual seharga Rp 35 ribu/lusin, SMP Rp 37 ribu/lusin dan SMA Rp 40 ribu/lusin,”ungkapnya.
Mengenai kendala, kata Pardiyono, hanya di pemasaran atau penjualannya saja karena baru dipasarkan sekitar lokalan saja yakni Kecamatan Katibung. Kendala lainnya, akibat dampak Covid-19 akibatnya beberapa kodi kaus kaki yang sudah diproduksi dan siap dipasarkan sementara ini masih belum terjual.
“Kaus kaki yang sudah dibuat dan siap dipasarkan itu ada beberapa kodi atau sekitar 6 karung, lantaran Covid-19 ini jadi terkendala pemasarannya. Kalau mengenai mesin rajut kaus kaki jika ada kerusakan, alhamdulillah saya bisa perbaiki sendiri dan sparepartnya juga ada,”pungkasnya .
Kepala desa (Kades) Sidomekar, Suparyanto (42) mengatakan,kaus kaki yang di jual atau dipasarkan di BUMDes ‘Mekar Jaya’ Desa Sidomekar ini, merupakan hasil produksi sendiri yang dikerjakan oleh tenaga kerja masyarakat desanya.
“Kaus kaki ini hasil produksi masyarakat desa kami sendiri melalui unit usaha BUMDes, dan kami terus berupaya untuk menambah penghasilan BUMDes dengan memproduksi kaus kaki,”kata Kades Supar sapaan akrabnya kepada teraslampung.com.
Produksi kaus kaki hasil inovasi BUMDes ‘Mekar Jaya’ ini, diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desanya dan dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat karena harga kaus kaki yang di produksi tersebut terbilang cukup murah. Selain dijual ke masyarakat desa (perorangan), kaus kaki hasil produksi BUMDes ini juga dipasarkan ke ke sekolah-sekolah, perorangan dan sejumlah toko pakain di Kecamatan Katibung.
“Penjualannya, sementara ini masih lokalan saja di Kecamatan Katibung. Banyak juga dari pihak sekolah, pemilik toko dan perorangan yang datang sendiri ke BUMDes untuk membeli langsung. Awalnya kami kesulitan bagaimana pemasarannya, tapi kami terus coba produksi kaus kaki,”tuturnya.
Meski hasil produksi kaus kaki BUMDes belum banyak dikenal ke sejumlah wilayah di Lampung Selatan dan Provinsi Lampung, kata Supar, namun pihaknya akan terus berupaya untuk terus produksi kaus kaki hasil inovasi masyarakat desanya meski perlahan tapi pasti.
“Kalau untukmencakup Lampung Selatan atau ke luar daerah lainnya di Lampung, sementara belum. Rencana kedepan, kami mencoba kerjasama dengan pihak sekolah lainnya di Lampung Selatan,”ujar Kades yang baru menjabat 1 tahun 6 bulan ini.
Suparyanto mengutarakan, mulai dioperasionalkannya BUMDes ‘Mekar Jaya’ dengan produksi kaus kaki, yakni pada akhir tahun 2019 lalu atau pada saat awal dirinya menjabat sebagai Kades Sidomekar pada bulan Agustus 2019 lalu.
“Sebelumnya sudah ada namun belum berjalan. Saat saya dapat amanah dari masyarakat dan dipercaya menjabat sebagai Kades, BUMDes ini saya gerakkan lagi dengan inovasi usaha produksi kaus kaki,”kata bapak dua orang anak ini.
Untuk pengadaan alat atau mesin rajut kaus kaki ini, lanjut alumnus SMK Yaditama Sidomulyo 1998 ini, dibelanjakan menggunakan anggaran Dana Desa (DD) senilai Rp 144 juta, seperti 4 unit mesin rajut kaus kaki, satu unit mesin obras, satu unit mesin open sum, satu unit alat pengopenan, bahan baku benang serta lainnya.
“Tahap awal November 2019, dana yang dikeluarkan untuk pengadaan mesin rajut kaus kaki sebesar Rp 98 juta. Saat saya menjabat Kades, saya lanjutkan program itu dengan melengkapi alat dan bahan-bahan baku pembuatan kaus kaki sebesar Rp 46 juta. Alhamdulilah, meski mesin yang dimiliki tidak baru dan canggih (digital) tapi bisa meningkatkan produksi kaus kaki di BUMDes kami,”bebernya.
Dikatakannya, mengenai pengadaan bahan baku, pengerjaan kaus kaki, pemasaran serta pengelolaan lainnya, dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada pengurus BUMDes ‘Mekar Jaya’ yang sudah dibentuk tersebut.
“Karena BUMDes ini badan usaha dari masyarakat untuk masyarakat, saya menekankan ke pengurus BUMDes wajib menerapkan 3 T (Tekun, Terus berkarya dan Tertib Manajemen pengurus dan anggota) hal ini agar BUMDes tersebut bisa terus berjalan,”ucapnya.
Mengenai kendala, Supar mengakui yakni di pemasaran atau marketing penjualan. Apalagi sekarang ini karena situasi pandemi Covid-19, pemasarannya menjadi terhambat.
“Sebelum ada wabah virus Covid-19, kaus kaki yang sudah diproduksi masih bisa dipasarkan,”kata dia.
Harapannya, produksi kaus kaki yang dikelola BUMDes “Mekar Jaya ini, dapat terus memproduksi. Maka dengan begitu, dapat meningkatkan penghasilan ekonomi masyarakat desanya dan akan ada lapangan kerja baru di Desa Sidomekar, Kecamatan Katibung yang dipimpinnya sekarang ini.
“Pengangguran memang jadi masalah kami sebelum akhirnya membuat BUMDes ‘Mekar Jaya’ ini yang membuat kaus kaki. Ya kalau pesenan banyak, pastinya ekonomi masyarakat desa pun meningkat dan pastinya butuh pekerja yang banyak juga,”ungkapnya.
Inovasi produksi kaus kaki yang dikelola oleh BUMDes ‘Mekar Jaya’ ini, lanjut Supar, tidak lain untuk mensejahterakan warganya melalui konsep satu desa satu produk atau satu desa satu perusahaan. Hal tersebut seperti yang diamanatkan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi, yakni menggali potensi desa dan mecepat laju perekonomian masyarakat desa melalui BUMDes.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan, Desa Sidomekar ini menjadi satu-satunya Kampung kaus kaki yang ada di Provinsi Lampung dan khususnya di Kabupaten Lampung Selatan.
Ia pun berharap, Pemkab Lampung Selatan melalui dinas terkait dapat membantu mempromosikan produk inovasi kaus kaki yang dekolela oleh BUMDes ‘Mekar Jaya’ tersebut.
“Saya meyakini, masyarakat akan tetap betah di desa dan tidak perlu lagi merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan atau bekerja di pabrik, karena lapangan pekerjaan sudah ada di Desa tempat mereka tinggal,”terangnya.
Dia menambahkan, progres awal dirinya menjabat Kepala desa (Kades) Sidomekar, yakni melanjutkan program BUMDes dan itu sudah dijalankan. Pembanguan jalan rabat beton, ada lima Dusun yang sudah diselesaikan pembangunannya tahun 2020 lalu saat awal dirinya menjabat sebagai Kades.
Selain itu juga, beberapa kegiatan lainnya seperti siskamling, bersih dusun atau gotong royong, kegiatan kepemudaan seperti olah raga, karang taruna dan kegiatan lainnya yang sebelumnya sempat fakum sudah diaktifkan lagi.
“Sekarang ini akibat dampak pandemi Covid-19,anggaran DD banyak dialihkan untuk penanggulangan Covid-19. Jadi progres kedepan selain meningkatkan pemasaran juga memikirkan tempat, sebab tempat yang dijadikan produksi kaus kaki ini yakni di rumah pengurus BUMDes,”tandasnya.
Meski terbilang baru, unit usaha produksi kaus kaki yang dikelola BUMDes ‘Mekar Jaya’ Desa Sidomekar, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan ini berharap dapat berkembang pesat. Perkembangan BUMDes, pastinya akan dapat mengubah cara pandang masyarakat tentang pekerjaan, ekonomi serta dapat meningkatkan PAD Desa itu sendiri.
BUMDes ‘Mekar Jaya’ Desa Sidomekar tersebut, diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi desa melalui peningkatan kapasitas warga, penggalian potensi dan sumber daya alam serta pengembangan industri kreatif di tingkat desa. Pemasaran produk, dapat mengandalkan jaringan distributor umum dan pemasaran juga bisa melalui jejaring di internet secara daring (online).
Diketahui, Desa Sidomekar, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan yang memiliki luas wilayah sekitar 700 hektar, merupakan sebuah Desa pemekaran dari Desa Babatan dan menjadi difinitif sejak tahun 2006.
Pada Tahun 2012, berdirilah menjadi Desa Sidomekar sampai sekarang yang memiliki 10 Dusun dan 17 RT dengan jumlah penduduk 3.584 orang, laki-laki 1.750 orang dan perempuan 1.834 orang serta 1.035 kepala keluarga (KK).
Pekerjaan masyarakat Desa Sidomekar, mayoritas sebagai buruh tani dan pekebun sehingga masih sangat rendah dalam perekonomian serta masih banyak tempat tinggal masyarakat desa kurang layak huni.
Batas Desa Sidomekar, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pardasuka KecamatanKatibung; sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bandar Dalam, Kecamatan Sidomulyo; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karyatungal, KecamatanKatibung; sebelah Barat berbatsan dengan Desa Babatan dan Desa Tarahan Kecamatan, Katibung.
Zainal Asikin