BUMDEs  

Para Petani di Desa Gunung Sadar Kembangkan Pupuk Cair Organik


Notice: Trying to get property 'post_excerpt' of non-object in /home/u1707302/public_html/terasdesa.co.id/wp-content/themes/wpberita/template-parts/content-single.php on line 98

terasdesa.co.id, Lampun Utara — Desa Gunung Sadar, Abung Tengah, Lampung Utara ternyata menyimpan berbagai potensi yang pantas untuk dikembangkan‎ dan didukung oleh semua pihak sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu potensi itu ialah produksi dan pemakaian  pupuk alami atau organik untuk membasmi penyakit yang kerap menjadi musuh utama para petani.

Pemakaian  pupuk alam ini dimotori oleh Pos Pengendalian Agensia Hayati (PPAH) Sinar Tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Cipta Karya, Desa Gunung Sadar. Sejak tahun 2012 silam. Mereka berusaha mengenalkan penggunaan pupuk alami hasil karya mereka kepada para petani sekitar.

‎”Pupuk ‎cair alami yang kami hasilkan ini berguna untuk pencegahan penyakit yang kerap menyerang padi dan sayur – sayuran para petani di sini. Sejauh ini, pupuk ini cukup ampuh dalam mencegah penyakit tanaman para petani,” kata Ketua PPAH Sinar Tani, Sardi, Senin (9/8/2016).

Sardi menuturkan, berbagai penyakit tanaman yang dapat dicegah menggunakan produk mereka ini seperti ‎belas, kresek, hawar daun,pelepah, layu. Pupuk alami yang mereka kembangkan ini menggunakan bakteri antagonis Paini Bacillus yang didapat dari laboratorium Semuli Raya, Abung Semuli yang kemudian dicampur dengan sejumlah bahan alami lainnya.

“Kami memanfaatkan bakteri Paini Bacillus sebagai starter (pemula,red) yang kemudian dicampur dengan sejumlah bahan alami seperti kentang dan lainnya untuk membuat pupuk ini,” terangnya.

Menurut Sardi, pupuk alami yang mereka kembangkan ini memiliki keunggulan yang tak dapat dimiliki oleh pupuk kimia. Pupuk alami ini lebih ramah lingkungan. Selain itu, dari sisi ekonomis, pupuk ini juga tak begitu menguras isi kantong para petani yang tertarik menggunakannya.

“Karena dibuat dengan bahan dasarnya dari alam yang kemudian dicampur dengan bakteri antagonis, sudah pasti pupuk ini lebih ramah lingkungan dan lebih ekonomis,” papar dia.

Ia mengatakan, pihaknya masih terus mengembangkan pupuk buatan mereka ini agar lebih efisien dan efektif bagi para petani. Sementara ini, peredaran pupuk olahan mereka ini baru diedarkan dan diberikan secara gratis kepada para petani yang tertarik menggunakan produk mereka. Pupuk buatan mereka biasanya diproduksi saat musim panen tiba. Saat itu, produksi pupuk dapat mencapai 300 liter.

“Dari 240 hektar lahan persawahan di sini, 105 hektar di antaranya menggunakan pupuk buatan ini” katanya.

‎Meski para petani mulai mempercayai pupuk mereka, menurut pria paro baya ini, usaha pengembangan pupuk cair ini sempat mengalami kelesuan karena kurangnya perhatian dari pemerintah. Namun, berkat kegigihan Camat Abung Tengah yang terus membangkitkan semangat mereka untuk tak berputus asa dalam mengembangkan pupuk tersebut, motivasi mereka pun kembali terpacu.

“Kami berharap, seluruh pihak terkait juga mau mendukung upaya kami ini agar produksi pupuk dapat ditingkatkan sehingga bermanfaat bagi kemakmuran para petani,” harap dia.

Feaby Handana